“Pendidikan adalah alat untuk membebaskan seseorang keterbelenguannya, ketidaktahuannya dan kebodohannya, sehingga rakyat dapat bebas dari penjajahan”
Semangat tersebut sudah tidak dapat kita lihat, apalagi kita rasakan dalam dunia pendidikan saat ini. Biaya sekolah mahal, banyak anak putus sekolah, tinggi tingkat penggangurandan banyak maslah lainnyayang timbul akibat tidak jelasnya fungsi dan tujuan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah saat ini. Sekarang anda bisa membayangkan Indonesia yang memiliki 222.781.000 Jiwa (BPS, 2005), dengan angkatan sekolah di seluruh Indonesia sekitar 38,5 juta anak usia SD 6-7 tahun, 25,6 juta jiwa dan usia SMP 13-15 tahun ,12,8 juta jiwa (Kompas, 26/02/05), dan rata-rata tingkat partisipasi di pendidikan tinggi sekitar 14% dari jumlah jumlah penduduk usia 19-24 tahun. Dari data kuantatif yang sifatnya sekunder itu kita bisa melihat betapa rendahnya tingkat pendidikan rakyat Indonesia, jika itotal dari semua penduduk yang menghuni di negri ini. Tentunya yang dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi adalah siswayang ditunjang dengan perekonomian yang mampan.
Banyaknya lembaga pendidikan tinggi swastayang bermunculan (Universitas, Sekolah Tinggi dll), memang sekilas menjadi tawaran alternative bagi siswa yang akan melajutkan pendidikan, tetapi sampai sekarang hal belum dapat menyelesaikan permasalhan dalam dunia pendidikan. Ironisnya semakin menjamurnya Lembaga Pendidikan sekarang malah menjadi alat yang semakin memperdalam jurang pemisah antar si miskin dan si kaya dan megislusikan masyarakat dengan pendidikan yang hanya memberikan gelar/ijazah tanpa didukung oleh kualitas dari bidang ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar